Rabu, 26 April 2017

Suatu Hari Di Suatu Bulan (Part 5)

Suara klik pertanda kuncian
Suara klik senjata kematian
Suara klik dari arah belakang
Suara klik dari seorang yang memakai machine gun

Jantungku menderu
Mataku memaku
Adrenalinku terpacu
Mati aku

Dalam sekejap 6 orang berpedang semua telah tumbang
Adapun orang keenam penyandera ibu si perempuan
Pun telah pingsan dihantam pukulan
Pukulan sikut mematikan oleh umur 40 an


Orang-orang mulai ramai berdatangan dari kejauhan
Dibawah langit penuh bintang dan cahaya rembulan
Aku bahkan belum shalat maghriban
Tapi tak satupun bantuan yang datang
Sedang aku hanya berbekal sebuah pistol dan sebilah pedang
Di kedua tangan

Entah dengan suatu cara
Tiba-tiba aku telah ada di rimbunan semak sebuah taman
Tapi kumerasa ada kejanggalan
Tetapi bersyukur dipenuhi keberuntungan
Tetap selamat dari sergapan kematian

Kulihat yang menghabisi pria berpedang
Adalah ayah sang perempuan
Dan sang ibu memukul satu hingga pingsan
Aku curiga mereka dari satu perguruan
Pendekar yang melanglang buana
Di dunia persilatan
Atau dari satu perkumpulan
Yang menembaki orang secara sembarangan

Tetapi uang hasil rampokan yang ada di karungan
Masih tergeletak di pinggir jalanan
Sungguh jumlah yang lumayan
Jika dibeli cendol kubisa berenang
Jika dibeli pesawat kubisa terbang
Jika kuinvestasikan kubisa kaya tujuh turunan

Oh ternyata di depan pria tampan
Tengah terjadi kecurangan
Oh ternyata di depan pria tampan
Telah terjadi persekongkolan
Oh ternyata di depan pria tampan
Tengah terjadi pengkhianatan

Oh ternyata sang ayahlah yang memasang jebakan
Oh ternyata sang ayahlah pemimpin pasukan
Adapun sang ibu adalah pengalih perhatian

Mengapa bantuan selalu lambat berdatangan
Ocehku kekalutan
Karena yang pertama datang adalah pahlawan bukan bantuan
Ocehku mencairkan

Niat tuk bertahan dan menyelamatkan
Terganti keinginan keras untuk pulang
Agar kematian tak membayang
Agar segera tidur diempuknya ranjang dan bermalas-malasan
Oh indahnya kehidupan

Hal besar  akan datang
Dan ini firasat yang menakutkan
Pistol tertodong dari belakang
Dengan penasaran aku balik badan
Ternyata dia sang perempuan

Wajahnya Aduhai cantik menawan
Membuat hati ini tertawan
Dengan pistol dan bilah ditangan
aku gemetaran sekaligus kegirangan

Hanya berdua diantara rimbunan
Yang ketiga hanyalah syaitan
Di awal malam ditemani sinar lampu dan rembulan yang temaram
Bagai cerita di negeri khayalan
Hanya saat ini beda keadaan

Senjata saling ditodongkan
Aku telah ketahuan
Satu satunya saksi dalam kejahatan
Aku diancam malaikat malam
Perempuan cantik menawan mengapa bisa jadi ancaman
Aku kena tipuan
Mereka bukan berdelapan tetapi kesebelasan

Namun mereka kebablasan
Menghabisi teman seperjuangan
Mungkin ini telah direncanakan
Dengan sangat-sangat matang

Aku diambang kematian
Tambah berharap untuk pulang
Alih-alih jadi pahlawan
Kencingpun aku tak tahan
Semakin kukejar harapan
Semakin aku dijatuhi keadaan

Ini Sangat merepotkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar