Minggu, 23 April 2017

Sari dan Permadani


Bagai permadani
Menelisik hati
Harus terasing tuk bersembunyi
Harus Membenci tuk mengunci
Sang isyhik telah datang kedalam hati
Tak lelap tidur 7 malam 7 hari
Duhai dikau yang penuh misteri

Bukan bermaksud berlebih
Tetapi hati tak sanggup di satu sisi
Nanti akhirnya dapat melukai
Nanti permadani  kusut dan tercerai berai

Sari dan Permadani
kuharap kau bisa mengerti
Rindu yang membuat singa terkulai
Jangan salahkan dirimu untuk hal ini
Jangan pula salahkan aku yang memulai
Salahkan cinta yang mengatur damai

Sari dan permadani
Andai kau mengerti
Sakit masa di hardik pasti
Kadang derita kadang bahagia
Satu gembira yang lain merana

Sari dan Permadani
Sesat rasa di tipu mata
Sesat jiwa ditipu raga
Sungguh jiwa bagai berlomba
Segala arah terasa sama
Sesatlah hati karena cinta

Sari dan Permadani
Sungguh jiwa tak mampu terus begini
Akan kucari alasan untuk menghindar atau lari
Agar hati sedikit membenci
Agar rasa dapat ditutupi

Agar tetap Terpenjara di dalam sunyi
Seperti yang terjadi sebelum ini
Telah terkurung buronan yang gigih
Hingga sang tahanan melarikan diri

Teruslah utang yang selalu ditagih
Tetapi bukan emas yang ditagih
Melainkan utang raga di kurung jiwa
Utang kata di kurung masa
Utang rindu dikunci benci

Apakah cinta harus dinista
Ataukah cinta harus dipuja
Tak adakah yang bisa memberi jawabannya
Atau setidaknya memberi pilihan yang ketiga

Memang wanita untuk pria
Pria pun untuk wanita
Jahat pria jahat pula wanita
Baik pria baik pula wanita
Masing-masing punya cinta
Hati wanita siapalah yang tahu bentuknya
Dalamnya hati tak ada yang tahu dasarnya

Cintapun Tak pernah salah katanya
Manusialah yang selalu salah katanya
Tapi akhirnya ini hanyalah penyakit yang namanya cinta

Tidakkah engkau dibuat marah
Dengan surat yang entah dari mana
Tetapi bukan yang dari  burung merpati
Tetapi dengan tanda yang kau terima saat ini

Tak dapat dipungkiri
Ini telah seribu hari
Memendam duri di dalam hati
Selama itu dan sesulit ini

Layaknya panas di dalam gunung merapi
Tak mampu terus diam menyendiri
Diwaktu dimana ia terludahi di atas bumi
Diwaktu itu bencana dan kesusahan terjadi

Akan tetapi
Apabila beberapa saat waktu telah menemani
Bumi kan berubah menjadi surga yang subur dan dihampar permadani
Menghidupi Yang telah mati, Memulai yang tersudahi
Sungguh begitulah yang telah dan akan selalu terjadi

Wahai Sari dan Permadani
Sungguh Kepastian adalah hal yang lebih terpilih
Dibanding hal yang belum tentu diketahui
Penawar derita sepanjang jejak kaki
Jawablah dengan penuh kejujuran hati

Meski madu yang kau beri
Sungguh hati telah tercukupi
Dan bila racun yang kau suguhi
Diri ini pelan menjauhi

Akan tetapi
Jika yang engkau pilih adalah yang tak terpilih
Maka sungguh  wanita tak dapat dimengerti
Bagai lautan luas  tak bertepi
Tak seorangpun yang sanggup menyebrangi
Tetapi satu yang aku kumengerti
Aku adalah lelaki sejati.

Suatu hari nanti
Aku berjanji
Dengan sepenuh hati




Tidak ada komentar:

Posting Komentar