Rabu, 29 Juni 2016

Indikator Kesejahteraan Sosial Ekonomi

Indikator Kesejahteraan Sosial Ekonomi
Pada mulanya, pendapatan per kapita digunakan untuk mengukur ingkat kesejahteraan masyarakat suatu Negara, sebab dapat menggambarkan laju perkembangan tingkat kesejahteraan berbagai Negara. Namun dalam perkembangannya, pendapatan per kapita yang digunakan mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat mempunyai banyak kelemahan-kelemahan.
Pendapatan per kapita yang dianggap sebagai pengukur tingkat kesejahteraan tidak menggambarkan komposisi umur, distribusi pendapatan masyarakat, komposisi pendapatan nasional, corak pengeluaran, perubahan-perubahan dalam keadaan pengangguran. (Ahmad mahyudi,2004: 151)
Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan kerohanian. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial ekonomi, kesucian kehidupan, kehormatan individu, kehormatan harta, edamaian jiwa dan kebahagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat.
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh jumlah pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut. Semakin besar tingkat pendapatan suatu masyarakat berarti tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut juga akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan suatu masyarakat maka tingkat kesejahteraannya pun akan semakin rendah. Penghitungan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk dilakukan pada suatu survei atau sensus. Oleh sebab itu maka untuk menghitung tingkat pendapatan atau penghasilan suatu masyarakat selama ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap jumlah pengeluaran terutama pengeluaran rumah tangga dalam masyarakat tersebut. Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud dibedakan menurut jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan pengeluaran rumah tangga untuk non makanan. Melalui kedua jenis pengeluaran tersebut dapat diketahui jumlah pendapatan dari rumah tangga bersangkutan. Selain dapat mengetahui jumlah pendapatan rumah tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui pola konsumsi dari masyarakat.
Faktor utama dari tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah daya beli, sehingga apabila daya beli menurun, maka berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan hidup yang menyebabkan tingkat kesejahteraan menurun. Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk bukan makanan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 masih diyakini telah berakibat pada pola pengeluaran rumah tangga khususnya yang berpendapatan rendah. Perubahan pola konsumsi tersebut terjadi karena adanya penurunan standar hidup secara drastis akibat meningkatnya hargaharga kebutuhan rumah tangga yang memaksa mereka khususnya yang berpendapatan rendah untuk melakukan tindakan dengan melakukan tindakan dengan memberikan prioritas pada pengeluaran untuk makanan.
Berlandaskan Kerangka Dinamika Sosial Ekonomi Islami, suatu pemerintahan harus dapat menjamin kesejahteraan masyarakat dengan  menyediakan lingkungan yang sesuai untuk aktualisasi pembangunan dan keadilan melalui implementasi Syariah. Hal itu terwujud dalam pembangunan dan pemerataan distribusi kekayaan yang dilakukan untuk kepentingan bersama dalam jangka panjang. Sebuah masyarakat bisa saja mencapai puncak kemakmuran dari segi materi, tetapi kejayaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama apabila lapisan moral individu dan sosial sangat lemah, terjadi disintegrasi keluarga, ketegangan sosial dan anomie masyarakat meningkat, serta pemerintah tidak dapat berperan sesuai dengan porsi dan sebagaimana mestinya. Salah satu cara yang paling konstruktif dalam merealisasikan visi kesejahteraan lahir dan bathin bagi masyarakat yang sebagian masih berada di garis kemiskinan, adalah dengan menggunakan sumber daya manusia secara efisien dan produktif dengan suatu cara yang membuat setiap individu mampu mempergunakan kemampuan artistik dan kreatif yang dimiliki oleh setiap individu tersebut dalam merealisasikan kesejahteraan mereka masing-masing.
Hal ini tidak akan dapat dicapai jika tingkat pengangguran dan semi pengangguran yang tinggi tetap berlangsung. (Merza Gamal Pengkaji Sosial Ekonomi Islami) 
Dimensi kesejahteraan Sosial Ekonomi 
Kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan yang bersifat materiil maupun spiritual. Suatu koperasi dikatakan sejahtera jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Segi kesejahteraan materiil misalnya: memberikan pinjaman kepada anggota berupa uang dan menyedian kebutuhan anggota sehari-hari. Segi kesejahteraan spiritual misalnya:
  1. Memupuk kesadaran untuk berkoperasi.
  2. Memupuk semangat kerja dalam bidang pendidikan.
  3. Membimbing anggota agar bisa hidup hemat, mengurangi pemborosan dan menanamkan budaya menabung pada anggota.
Sejahtera dan bahagia merupakan situasi dan kondisi yang sangat didambakan oleh semua orang. Seseorang dikatakan sejahtera apabila ia mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki serta hasil pekerjaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup, minimal kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi, menurut Maslow manusia sudah bisa dikatakan sejahtera dalam hidupnya. (Indiro Gito sudarmo dan I Nyoman Sudita,1997: 30-31)


 Dengan demikian kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting untuk suatu lembaga atau perusahaan, karena tanpa adanya kesejahteraan orang akan cepat pergi meninggalkan perusahaan atau lembaga karena tidak adanya kepedulian perusahaan pada anggotanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar