2 Bulan Seusai Kematian Mirna, Pemesan Kopi Vietnam Meningkat
Kafe Olivier di Mal Grand Indonesia sempat sepi pengunjung selama dua bulan setelah Wayan Mirna Salihin, tamu kafe, tewas seusai minum kopi pada 6 Januari 2016.
"Kami mengalami penurunan omzet," kata Devi Siagian, manager Kafe Olivier, ketika memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 27 Juli 2016.
Dalam persidangan, Jessica Kumala Wongso, kawan Mirna yang menjadi tamu kafe, duduk sebagai terdakwa. Jessica dituduh meletakkan racun sianida pada es kopi vietnam yang diminum Mirna.
Setelah dua bulan berlalu, pengunjung mulai meningkat. Bahkan menu es kopi vietnam yang dipesan Jessica untuk Mirna, mengalami peningkatan. "Sebelumnya peminatnya biasa saja, tapi semenjak kejadian itu yang pesan es kopi Vietnam meningkat. Market kami juga ikut meningkat," katanya.
Devi menjelaskan bahan baku es kopi vietnam bukan dari negara Vietnam, melainkan produk dalam negeri. "Kopi yang digunakan itu dari Banyuwangi. Yang membedakan, kemasannya lebih eksklusif," katanya.
Bahan baku membuatnya sama dengan kopi pada umumnya. Perbedaannya terletak dalam penyajian. "Jadi kalau yang lain saringannya pakai kain. Tapi kalau di kita pada saat kejadian filternya dari keramik. Kita beli tidak bikin. Dan itu foodgrade," jelasnya.
Dia mengaku tidak membeli bahan baku kopi langsung dari pabriknya. Kopi tersebut dikirim dari pabriknya di Banyuwangi ke pemasok di Jakarta. Dari pemasok itu baru kemudian dibagi-bagi ke kafe-kafe di Jakarta.
Sumber : Tempo.co
"Kami mengalami penurunan omzet," kata Devi Siagian, manager Kafe Olivier, ketika memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 27 Juli 2016.
Dalam persidangan, Jessica Kumala Wongso, kawan Mirna yang menjadi tamu kafe, duduk sebagai terdakwa. Jessica dituduh meletakkan racun sianida pada es kopi vietnam yang diminum Mirna.
Setelah dua bulan berlalu, pengunjung mulai meningkat. Bahkan menu es kopi vietnam yang dipesan Jessica untuk Mirna, mengalami peningkatan. "Sebelumnya peminatnya biasa saja, tapi semenjak kejadian itu yang pesan es kopi Vietnam meningkat. Market kami juga ikut meningkat," katanya.
Bahan baku membuatnya sama dengan kopi pada umumnya. Perbedaannya terletak dalam penyajian. "Jadi kalau yang lain saringannya pakai kain. Tapi kalau di kita pada saat kejadian filternya dari keramik. Kita beli tidak bikin. Dan itu foodgrade," jelasnya.
Dia mengaku tidak membeli bahan baku kopi langsung dari pabriknya. Kopi tersebut dikirim dari pabriknya di Banyuwangi ke pemasok di Jakarta. Dari pemasok itu baru kemudian dibagi-bagi ke kafe-kafe di Jakarta.
Sumber : Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar